LEMBAGA LAYANAN PENDIDIKAN TINGGI WILAYAH IV

Masifkan Publikasi Ilmiah, LLDIKTI 4 Fasilitasi Workshop Serentak di 3 Tempat

LLDIKTI Wilayah IV memaksimalkan fasilitasi layanan publikasi bagi para dosen yang ingin meniti jenjang karir. Fasilitasi publikasi artikel ilmiah ini masuk dalam program prioritas GRADASI (Gotong Royong Akademisi Bersinergi dan Berinovasi) Episode Dua.

Selama empat hari berturut-turut dari Senin, 7 Juli – Kamis, 10 Juli 2025 melibatkan tiga perguruan tinggi yakni Universitas Sangga Buana, Universitas Pasundan, dan Institut Teknologi Nasional, workshop publikasi artikel ilmiah ini berlangsung serentak di tiga tempat.

Kepala LLDIKTI Wilayah IV, Lukman menyampaikan, hal mendasar yang perlu diperhatikan dalam publikasi ilmiah adalah manajemen publikasi.

“Dasar-dasarnya harus dipahami. Manuskrip, artikel, dan  jurnal itu berbeda. Manajemen publikasi ilmiah alurnya mulai dari kajian atau penelitian. Lalu, ke publikasi. Proses di publikasi ini mulai dengan mencari tempat publikasi,” papar Lukman.

Ia menambahkan, para penulis kerap luput dalam memperhatikan petunjuk penulisan (selingkung), penelusuran referensi ilmiah, dan pengelolaan referensi. Padahal, setiap jurnal memiliki perbedaan masing-masing. Lukman turut mengingatkan agar para penulis selalu memegang etika publikasi/plagiarisme.

“Di dalam jurnal ada proses editing dan review. Editing oleh editor apakah naskahnya sesuai atau tidak dengan selingkung jurnal tersebut lalu direview secara ilmiah,” ujarnya.

Ia juga mengungkapkan, para peneliti harus berwaspada dengan maraknya jurnal predator dan kartel sitasi. Banyak dosen yang terburu-buru ingin segera artikelnya terbit di jurnal internasional, akhirnya malah merugi karena terjerumus jurnal abal-abal.

Rektor Universitas Sangga Buana, Didin Saepudin berharap, melalui kegiatan ini, artikel yang telah disubmit tak hanya terpublikasi dan terdesiminasi, tapi juga bisa jadi bahan ajar.

“Ini bisa jadi bagian referensi mahasiswa kita karena terintegrasinya hal itu tidak terpisahkan dengan peningkatan kualitas mahasiswa kita. Tanggung jawab ini harus dijalankan dengan komitmen kelembagaan dan intelektualitas,” kata Didin.

Sebab, baginya publikasi bukan hanya memenuhi tri dharma, tapi lebih dalam daripada itu, publikasi merupakan instrumen strategis yang bisa menjadi pintu diplomasi akademik.

“Targetnya 100 persen artikel terkumpul dan terpublikasi. Maka dari itu, kita jadikan komitmen bersama bahwa kegiatan hari ini berdampak. Jangan berhenti pada target, harus ada tindak lanjut. Karya jadi standar pendidikan tinggi berdampak. Kampus bukan hanya tempat bekerja, tapi juga menulis publikasi yang bisa dipertanggungjawabkan,” harapnya.

Salah satu Narasumber Penulisan dan Publikasi Artikel Ilmiah, Prof. Bayu Kharisma memaparkan, faktor pendukung terbesar bagi para penulis yang ingin tulisannya bisa segera dipublikasikan adalah harus sering mengikuti workshop kepenulisan. 

“Itu jadi faktor pendukung terbesar. Sebab di kelas workshop kepenulisan, akan banyak ilmu baru dan tentunya relasi baru,” tutur Bayu.

Ia menjelaskan, pentingnya para penulis untuk membuat judul yang eye catching agar dilirik dan menarik untuk ditindaklanjuti. Selain itu, jangan terlalu menghabiskan waktu di awal dengan membuat abstract.

“Abstract itu dibikin di akhir sebagai summary. Masih banyak orang yang bikin itu duluan. Para penulis juga harus membedakan isi tesis dan skripsi. Perbedaannya ada pada gap dari fenomena dan isunya, istilahnya research gap,” lanjutnya.

Selama empat hari digelar, sebanyak 161 peserta mengikuti Workshop Fasilitasi Publikasi Artikel Ilmiah yang tersebar di tiga lokasi berbeda.

Share:

More Posts

Bagian Umum

Undangan EduVate 2025

Untuk mendukung kolaborasi antar perguruan tinggi dalam hal pengembangan proses