Dalam perjalanannya selama 14 tahun, Prodi Magister Manajemen Pendidikan Tinggi (MMPT) Sekolah Pascasarjana UGM terus menggali proses bisnis dan manajemen pengelolaan perguruan tinggi. Kali ini, pihak MMPT UGM langsung hadir ‘sowan’ ke LLDIKTI Wilayah IV sebagai studi tiru praktik baik peningkatan mutu pendidikan tinggi, Selasa 24 Juni 2025.
Turut hadir secara tatap muka, Ketua Prodi MMPT Sekolah Pascasarjana UGM, Wahyu Supartono menyampaikan, terdapat empat perguruan tinggi yang memiliki prodi MMPT, di antaranya UGM, ITB, UI, dan UB (Universitas Brawijaya).
“Dari hasil musyawarah saat itu, MMPT akhirnya dibentuk dalam satu prodi yang dimasukkan dalam Sekolah Pascasarjana UGM. MMPT didukung oleh 8 fakultas, di antaranya Fakultas Teknik, Ilmu Budaya, Teknologi Pertanian, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK), Kehutanan, Peternakan, MIPA, serta Ekonomi. Jadi memang delapan fakultas ini kami minta dosennya untuk mengajar,” papar Wahyu.
Ia berharap, dengan hadirnya MMPT, rekan-rekan yang khususnya berada di bagian tenaga kependidikan (tendik) mampu memahami secara komprehensif proses bisnis di dunia pendidikan tinggi. Maka dari itu, dihadirkan beberapa mata kuliah peminatan yang bisa semakin mengasah ilmu para mahasiswanya.
“Di awal berdirinya MMPT dari 2011-2014, sebanyak 70 persen mahasiswanya merupakan tendik. Scoopnya MMPT itu ada mata kuliah minat, seperti Pengembangan Akademik, Infrastruktur dan Fasilitas Kampus, serta Sumber Daya Manusia dan Keuangan,” jelasnya.
Menyambut hangat diskusi dari MMPT UGM, Kepala LLDIKTI Wilayah IV, Lukman menyebutkan, banyak tantangan dalam mengawasi mutu perguruan tinggi swasta. Beberapa di antaranya jumlah PTS yang sangat banyak dan beragam, keterbatasan sumber daya dan infrastruktur pengawasan LLDIKTI, dan kualitas tata kelola internal PTS yang belum merata.
“Selain itu, masih terjadi ketimpangan Infrastruktur dan SDM, ketergantungan finansial yang tinggi pada uang kuliah, serta kepatuhan terhadap peraturan dan standar mutu,” lanjut Lukman.
Untuk mengurai beragam tantangan tersebut, ia mengatakan, telah banyak upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu PTS, seperti pengembangan fasilitas dan infrastruktur, pendanaan pendidikan dan riset yang memadai, pengembangan kerjasama dan jejaring, peningkatan kesejahteraan dosen dan tenaga Kependidikan, penguatan kualifikasi dan kompetensi dosen, serta peningkatan mutu kurikulum dan pembelajaran.
“Peningkatkan mutu pendidikan pun melibatkan berbagai stakeholder dan mitra pentahelix. Salah satunya seperti program Perguruan Tinggi Mandiri Gotong Royong Membangun Desa (PTMGRMD) merupakan penerapan kolaborasi pentahelix yaitu sinergi antara Paguyuban Profesor, Pemerintah Daerah dan Masyarakat, media massa, dan media sosial agar memiliki ownership dalam peningkatan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs),” ungkapnya.
Selain itu, ia menambahkan, LLDIKTI Wilayah IV juga memanfaatkan program flagship Kampus Berdampak yang diluncurkan Kemendiktisaintek. Sebelumnya, program yang telah berjalan adalah MSIB hingga batch 7.
“Kami sangat terbantu dengan adanya adik-adik mahasiswa MSIB di kantor kami. Banyak yang mampu membuat inovasi untuk mempercepat alur kerja dan perapian arsip,” tuturnya.
Melalui kunjungan studi tiru ini, MMPT UGM tidak hanya memperluas jejaring akademik, tetapi juga memperkaya wawasan mahasiswa dan dosen mengenai praktik manajemen pendidikan tinggi yang adaptif, kolaboratif, dan berorientasi mutu. Kegiatan ini menjadi wujud nyata sinergi antara perguruan tinggi dan lembaga layanan pendidikan dalam mewujudkan tata kelola pendidikan tinggi yang berkualitas dan berkelanjutan.